Opini ;
Oleh - MATA RAKYAT
Pengamanan PILKADA Serentak 2017 dan Aksi Anti Penista Agama (kasus Ahok) Dikelola Negara Untuk Kepentingan Militerisasi Indonesia di West Papua
![]() |
Berbagai Peristiwa Kejahatan Negara Terhadap Rakyat Papua |
Sejak Tahun 2015, perkembangan isu West Papua yang kian gencar dikampanyekan di level regional dan internasional, terlebih setelah diterimanya ULMWP sebagai observer di forum MSG, Indonesia berupaya melokalisir isu West Papua. Dalam konteks nasional Indonesia, isu West Papua benar - benar jauh dari pengetahuan rakyat indonesia. Kendatipun demikian, upaya pemerintah Indonesia untuk membungkam isu West Papua semakin sulit di saat MSG berkomitmen menetapkan keanggotaan penuh bagi ULMWP dan PIF menyepakati penangan konflik West Papua Vs Indonesia kepada mekanisme PBB. Dan sikap PIF ini tebukti dengan diangkatnya isu West Papua oleh 7 negara Pasifik pada Sidang Umum PBB September 2016.
Agar elit negara bisa tetab membungkan isu West Papua dari pandangan publik, maka dirumuskan beberapa isue dan skenario guna pengalihan opini publik nasional dan internasional. Secara internal, kepolisian dan militer disiagakan ( baca : http://www.beritakita.id/20760/news/waduh-jokowo-kumpulkan-tni-dan-polri-tanda-negara-siaga-satu/ ). Berdalih penangan keamanan PILKADA, kepolisian dan militer disiagakan, terutama konsentarasi wilayah West Papua. Berbagai operasi cipta konflik horizontal dilakukan untuk melegitimasi mobilisasi kepolisian dan militer ke West Papua ( contoh konflik Manokwakri diantara berbagai kasus lainnya diseluruh wilayah west papua http://tabloidjubi.com/artikel-1244-tentang-insiden-manokwari-wiranto--itu-kapan-saja-bisa-terjadi.html).
Tidak cukup samapai disitu, opini publik nasional dan internasional digiring pula melalui propaaganda penistaan agama. Mencermati aksi Jilid I 14 Oktober 2016, aksi Jilid II 4 November 2016, dan rencana aksi jilid III 25 November 2016, maka tergambar alur kepentingan negara dalam pengalihan opini publik dari isu West Papua, antara lain :
@ Aksi Jilid I 14 Oktober 2016, publik nasional dan internasional disuguhkan opini penistaan agama dan bahaya gerakan radikal (ISIS), sedang di sisi lain :
# tanggal 14 Oktober 2016 presiden RI melantik menteri dan wakil mentri ESDM yang sesungguhnya patut dipertanyakan oleh rakyat indonesia
# tanggal 14 Oktober 2016 dilakukan Seminar Nasional Papua Road Map Jilid - II
# tanggal 14 Oktober 2016 KOMNAS HAM Indonesia mengirim laporan HAM indonesia ke PBB yang tertunda sejak tahun 2010 untuk kepentingan UPR
@ Aksi Jilid II 4 November 2016, publik nasional dan internasional disuguhkan opini penistaan agama dan bahaya gerakan radikal (ISIS), sedang di sisi lain :
# tanggal 6 - 8 November 2016, presiden Indonesia dijadwalkan menghadiri beberapa forum bilateral dan regional di Australia, yang bertujuan membahas berbagai isu bilateral dan regional, diantaranya isu west papua di Pasifik. Pada akhirnya presiden Indonesia membatalkan kunjungan tersebut dengan dalih keamanan negara pasca aksi jilid II tanggal 4 November 2016.
@ Aksi Jilid III 25 November 2016, publik nasional dan internasional disuguhkan opini penistaan agama dan bahaya gerakan radikal (ISIS), sedang di sisi lain :
# aksi Jilid III yang direncanakan tanggal 25 November 2016, bahkan belakangan disebut tanggal 2 Desember 2016, ternyata Indonesia akan mendapat kunjungan Pedana Menteri Belanda yang direncakan berkunjung ke indonesia 21 - 24 November 2016.
Berkilas dari histori operasi intelegen Indonesia, maka jelas, konsep operasi intelegen Indonesia warisan Ali Moertopo begitu kental mengalir dan dipraktekan oleh penerusnya saat ini. Berbagai komponen rakyat diprovokasi, suku, ras, bahkan agama dipolitisir - dibenturkan demi kepentingan harta, jabatan dan status quo kekuasaan.
Target Militerisasi :
1. Bungkam ruang demokrasi
2. Hancurkan perjuangan rakyat sipil
3. Langgengkan status quo kekuasaan
h